Dea Lestari

Dea Lestari Ceritakan Perjalanan sebagai Korban Perundungan

Read Time:4 Minute, 0 Second

Dea Lestari, seorang selebritas yang dikenal publik, baru-baru ini berbagi cerita yang sangat personal dan mengharukan tentang pengalaman hidupnya. Dalam sebuah wawancara, Dea mengungkapkan perjalanan panjang dan berat yang ia lalui sebagai korban perundungan selama lima tahun. Cerita ini membuka mata banyak orang tentang dampak mendalam yang ditinggalkan perundungan dan bagaimana perjuangan untuk pulih dari trauma itu tidaklah mudah.

Lima Tahun Perundungan yang Menyakitkan

Perundungan atau bullying adalah masalah serius yang tidak hanya terjadi di sekolah atau tempat umum, tetapi juga bisa muncul dalam lingkaran pertemanan atau keluarga. Begitu pula yang dialami Dea Lestari. Selama lima tahun, Dea menjadi sasaran ejekan, hinaan, dan perlakuan merendahkan yang datang dari orang-orang di sekitarnya. “Itu adalah masa yang sangat sulit. Saya merasa dihina setiap hari, dan itu membuat saya semakin meragukan diri saya sendiri,” ungkap Dea dengan suara yang dipenuhi emosi.

Meski dari luar tampak biasa, di dalam hatinya, perundungan itu meninggalkan luka yang dalam. Kata-kata pedas dan perlakuan tidak adil membentuk persepsi buruk terhadap dirinya, yang bertahan lama setelah perundungan itu berakhir. “Terkadang, orang melihat kita hanya dari luar. Mereka nggak tahu apa yang kita rasakan. Dan bagi saya, itu bukan hanya soal kata-kata, tapi juga bagaimana orang-orang membuat saya merasa seperti tidak ada artinya,” tambahnya dengan nada yang penuh kejujuran.

Trauma yang Terpendam

Setelah bertahun-tahun mengalami perundungan, Dea merasa perasaan rendah dirinya semakin dalam. Banyak orang yang tidak menyadari betapa besar dampak perundungan terhadap kesehatan mental seseorang. Bagi Dea, rasa percaya diri yang hancur membuatnya terjebak dalam perasaan tidak berharga. “Perasaan itu seperti ada yang mematahkan saya setiap hari. Saya merasa nggak cukup baik, dan itu mengganggu saya dalam setiap aspek kehidupan saya,” ujarnya, mengenang masa-masa suram tersebut.

Namun, yang paling mengejutkan adalah bagaimana trauma ini masih membekas meskipun waktu telah berlalu. “Bahkan ketika saya mulai merasa lebih baik, ada kalanya rasa itu kembali muncul. Rasa takut untuk dinilai buruk atau dianggap tidak cukup baik tetap ada, dan itu adalah hal yang harus saya hadapi,” ungkap Dea dengan penuh kerendahan hati.

Proses Pemulihan yang Panjang dan Berat

Menghadapi trauma akibat perundungan tidaklah mudah. Proses pemulihan yang dijalani Dea tidak instan. Itu adalah perjalanan panjang yang melibatkan banyak usaha dan introspeksi diri. “Untuk bisa menerima diri saya lagi, saya harus melewati banyak hal. Saya harus memaafkan diri sendiri dan belajar untuk berdamai dengan masa lalu,” ujarnya.

Dukungan dari orang-orang terdekat, seperti keluarga dan teman-teman, sangat berarti bagi Dea dalam proses pemulihannya. “Keluarga dan teman-teman sangat penting dalam perjalanan ini. Mereka tidak hanya memberi saya dukungan moral, tapi juga membantu saya melihat diri saya dari sisi yang lebih positif,” kata Dea dengan penuh rasa terima kasih.

Dea juga mulai mencari cara-cara untuk memperbaiki hubungan dengan dirinya sendiri, seperti melakukan kegiatan yang meningkatkan rasa percaya diri. “Saya belajar untuk fokus pada hal-hal yang saya nikmati, dan mencoba untuk tidak terjebak dalam perasaan negatif itu,” tambahnya.

Menerima dan Mencintai Diri Sendiri

Salah satu langkah besar yang diambil Dea untuk sembuh adalah belajar untuk mencintai diri sendiri. “Menerima diri saya yang dulu itu sangat sulit, tetapi penting. Saya harus sadar bahwa saya berharga, tidak peduli apa yang orang lain katakan atau lakukan kepada saya,” jelas Dea dengan penuh keyakinan.

Seiring berjalannya waktu, Dea mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Meskipun masih ada tantangan, dia merasa lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi apapun. “Saya bukan lagi orang yang dulu. Saya bisa melihat diri saya dengan lebih baik sekarang, dan saya bangga dengan apa yang saya capai,” ujarnya dengan tersenyum.

Menjadi Sumber Inspirasi bagi Orang Lain

Dea merasa bahwa perjalanan hidupnya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mungkin mengalami hal serupa. “Saya ingin orang-orang tahu bahwa mereka nggak sendirian. Jika saya bisa melewati semua ini, saya yakin kalian juga bisa. Ini adalah perjalanan, dan kita harus berani untuk terus maju meski sulit,” kata Dea, memberikan semangat bagi siapa pun yang sedang berjuang melawan perundungan dan trauma.

Dea juga berbagi pesan penting bagi mereka yang terjebak dalam perundungan. “Jangan biarkan kata-kata orang lain merusak kalian. Kalian berharga, dan kalian punya hak untuk bahagia. Jangan pernah merasa rendah diri karena apa yang orang lain katakan,” tambahnya dengan tegas.

Penutupan

Kisah Dea Lestari mengajarkan kita bahwa perundungan meninggalkan bekas yang tidak bisa dianggap enteng. Namun, Dea juga membuktikan bahwa dengan waktu, dukungan yang tepat, dan tekad yang kuat, seseorang bisa bangkit dari trauma tersebut. Dia adalah contoh nyata bahwa tidak ada yang tak mungkin selama kita berani untuk menghadapi masa lalu dan menerima diri kita apa adanya.

Meski perundungan telah menghancurkan banyak hal dalam hidupnya, Dea kini berdiri lebih tegak, lebih percaya diri, dan lebih kuat. Perjalanan panjangnya menuju pemulihan adalah bukti bahwa kekuatan terbesar ada dalam diri kita sendiri—dan kita semua bisa menjadi pemenang dalam hidup, terlepas dari tantangan yang kita hadapi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Zaskia Adya Mecca Previous post Zaskia Adya Mecca Ceritakan Kunjungannya ke Vatikan
Mandra Next post Mandra Akui Kangen Syuting Bareng Nunung